Jumat, 01 Juni 2012

Kader Golkar Kota Banjar Harus Dukung Ical-Yance

INILAH.COM, Banjar - Walikota Banjar yang juga ketua DPD Golkar kota Banjar, H Herman Sutrisno meminta kader-kader golkar Kota Banjar mendukung pencalonan Ketua Umum DPP Partai Golkar Ir Aburizal Bakrie atau Ical menjadi Presiden. Begitu juga, dengan pencalonan Irianto Ms Safiudin atau Kang Yance sebagai Gubernur Jabar.

"Saya selaku ketua DPD Golkar Kota Banjar, meminta kepada semua kader di Kota Banjar agar mendukung Pak Ical jadi Presiden RI. Selain pak Ical, kita juga harus mendukung Kang Yance yang akan mencalonkan menjadi Gubernur Jawa Barat," ujar Herman dalam sambutan di gedung DPD Golkar Kota Banjar, Selasa (29/5/2012).

Herman pun menyebutkan, dukungan dari kader-kader golkar bisa dilakukan melalui materi atau pun tenaga.

Sebelumnya, Ical bersama rombongan menyambangi pedagang kuliner doboku, pengrajin batik, kelompok wanita tani, Hima PAUD, dan perajin bata merah.

"Sekitar 1000 massa dari para pelaku UKM bertatap muka dan berdialog dengan Pak Ical. Pada kesempatan itu, beliau langsung melihat hasil produksi dari masing-masing UKM yang hadir. Mulai dari produk makanan olahan pertanian dari KWT, proses pembuatan batik tulis khas Banjar hingga pembuatan bata merah," tambah Wakil Ketua I DPD Golkar Kota Banjar, Kusnadi.

Aburizal Bakrie pun bertemu sekitar 50 orang ahli waris dari program kartu anggota partai Golkar berasuransi. "Program KTA berasuransi ini berjalan berkat anggota DPR RI dari fraksi Golkar, Agun Gundandjar Sudarsa. Klaim asuransi yang telah terbayar hingga kini di Banjar sebanyak empat puluh empat orang," ungkapnya.

Ical pun menyerahkan bantuan dua unit komputer berserta printer ke SMP Al Maarif dan bantuan ternak sapi sebanyak 24 ekor kepada Gapoktan Banyu Metu Sejahtera (BMS).

Dari pantauan INILAH.COM, Ketua Umum DPP Partai Golkar Ir Aburizal Bakrie alias Ical meninggalkan Kota Banjar menuju Jakarta dengan menggunakan pesawat Helikopter dari lapangan bakti Kota Banjar. Dari gedung golkar Ical bersama rombongan menuju lapangan dengan menaiki Becak dan Delman.


Sumber: Inilah.com
»»  Lihat Selengkapnya...

Yance Bawa Kebijakan Sewaktu Bupati untuk Jabar


SOREANG, (PRLM).- Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Jabar, H. Iryanto “Yance” Syaifuddin mengatakan, akan menerapkan kebijakan-kebijakannya yang sudah dilaksanakan di Indramayu sewaktu menjadi bupati. Kebijakan-kebijakan itu dinilai Yance membumi dan sesuai dengan kondisi Jawa Barat yang agamis.
“Sebagian orang masih tabu dengan kata syariat Islam, padahal kalau kita laksanakan dengan baik akan berdampak luas kepada masyarakat,” kata Yance saat hadir dalam silaturahmi dan pembentukan Forum Silaturahmi Daerah (Forsida) Jabar di Hotel Antik Soreang, Kamis (31/5/12).
Lebih jauh Yance mengatakan, program-program di Kab. Indramayu yang dianggap berhasil di antaranya kewajiban mengikuti Madrasah Diniyah Takmiliyah (MDT). “Setiap siswa SD dan SMP yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi harus mengantongi ijazah MDT. Pemerintah juga memberikan bantuan operasional MDT dan bantuan honor bagi ustaz-ustaz,” katanya.
Selain itu, Pemkab Indramayu juga memberikan honorarium bagi imam dan muazin di masjid-masjid untuk meningkatkan kesejahteraannya. “Masalah agama bukan sebatas urusan vertikal melainkan juga harus jadi perhatian peemerintah daerah. Kalau Indramayu saja mengalokasikan bantuan keagamaan sampai Rp 70 miliar, maka di Jawa Barat harus ratusan miliar,” ujarnya.
Menurut Yance, pemerintah daerah juga harus berani untuk melarang peredaran minuman keras dan prostitusi karena Jawa Barat dikenal sebagai daerah yang tinggi kasus trafficking.
“Kalau pemerintah daerah tidak diberikan kewenangan mengatur minuman keras lebih baik bubarkan saja pemerintah daerahnya. Untuk apa kita memiliki otonomi daerah lalu semua aturan harus terpusat,” katanya.

Sumber: PRLM
»»  Lihat Selengkapnya...

Tradisi Ngarot Di Indramayu, Jawa Barat

Ngarot merupakan upacara adat sekaligus ajang mencari jodoh bagi masyarakat Lelea, Indramayu. Upacara ini selalu digelar pada bulan Desember. Setiap upacara digelar, para gadis dan pemuda berpakaian unik. Lalu berpawai mengelilingi desa. 

Akan tetapi, jangan coba-coba kaum janda /duda, gadis tak perawan atau pemuda tak perjaka ikut Ngarot. Konon ia bisa kena tulah, berupa aib yang memalukan.  Benarkah ?

Upacara Ngarot memang hanya terdapat Desa/Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu. Tradisi yang rutin digelar tiap bulan Desember ini terbilang unik. Sebagian masyarakat disana mempercayai bila Ngarot merupakan saat penting bagi para remaja untuk mendapatkan pasangan hidup. Jodoh yang didapat dari ritual Ngarot, konon sering membuat kekal pasangan suami istri. Tak heran bila setiap upacara ini digelar, banyak pemuda dan pemudi turut serta. Dan sebagian peserta selalu pulang dengan wa¬jah cerah dan hati berbunga-bunga. 


Asal Mula Ngarot

Pada mulanya, upacara Ngarot dirintis oleh kuwu (kepala desa) pertama Lelea yang bernama Canggara Wirena, tahun 1686. Awalnya, upacara tersebut bukan diperuntukkan sebagai "pesta mencari jodoh" seperti yang terjadi sekarang. Ngarot yang menurut bahasa Sunda berarti minum, merupakan arena pesta minum-minum dan makan-makan di kantor desa sebelum para petani mengawali menggarap sawah. Tradisi itu dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil bercocok tanam.

Kuwu Canggara Wirena sengaja mengadakan pesta Ngarot sebagai ungkapan rasa syukur kepa¬da tetua kampung bernama Ki Buyut Kapol, yang telah rela memberikan sebidang sawah seluas 26.100 m2. Sawah tersebut digunakan para petani untuk berlatih cara mengolah padi yang baik. Demikian pula bagi kaum wanitanya, sawah digunakan sebagai tempat belajar bekerja seperti tandur, ngarambet (menyiangi), pa¬nen padi, atau memberi konsumsi kepada para jejaka yang sedang berlatih mengolah sawah itu.

Dulu, upacara Ngarot bukanlah sarana mencari jodoh, melainkan arena pembelajaran bagi para pemuda agar pintar dalam ilmu pertanian. Akan tetapi perkembangannya, upacara Ngarot berkembang menjadi ajang mencari jodoh atau pasangan hidup.

Dihindari Janda-Duda 

Sejak dulu, upacara yang hanya boleh diikuti para perjaka dan perawan. Upacara dimulai jam 8.30 dengan berkumpulnya para muda-mudi berpakaian warna warni di hala¬man rumah Kuwu. Mereka dengan wajah penuh keceriaan berduyun-duyun menuju ha¬laman rumah Pak Kuwu. Pakaian mereka indah-indah, dilengkapi aksesoris gemerlap, seperti kalung, gelang, giwang, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Untuk memikat hati para jejaki, para gadis selalu mengenakan ka¬camata dan kepalanya penuh di¬taburi bunga warna-warni seperti kenanga, melati, mawar dan kantil.

Upacara Ngarot ditandai dengan pawai arak-arakan sejumlah gadis dan perjaka desa. Para gadis berbusana kebaya yang didominasi warna merah, berkain batik, berselendang, dan rambut kepala dihias rangkaian bunga. Mereka lantas berjalan mengelilingi kampung. Sementara para jejaka tingting mengenakan baju pangsi warna kuning dan celana gombrang war¬na hitam, lengkap dengan ikat kepala, mengikuti di barisan belakang. 

Seusai pesta pawai, semua peserta Ngarot masuk aula balai desa. Sambil duduk berhadap-hada¬an dan ditonton orang banyak, mereka dihibur dengan seni tradi¬sional tari Ronggeng Ketuk yang dimainkan penari wanita degan pasangan pria. Menurut warga, seni Ronggeng Ketuk dimaksudkan untuk ngabibita (menggoda) agar para jejaka dan gadis saling bepan¬dang-pandangan, untuk selanjutnya saling jatuh cinta. 

Ketika para jejaka dan perawan bergembira ria, tidak halnya dengan kaum janda, duda dan remaja yang kehilangan keperawanan dan keperjakaannya. Pesta Ngarot merupakan upacara yang paling dihindari. Sebab bila mereka coba-coba menjadi peserta, bukan hanya aib yang bakal diterima, tapi juga malapetaka. Konon, jika seorang gadis tak perawan nekat mengikuti pawai arak-arakan Ngarot, maka bunga melati yang terselip di rambutnya, dengan sendirinya akan layu. Bila hal itu terjadi, maka si gadis akan mendapat aib karena sudah kehilangan kehormatan diri. 

Tuah negatif untuk kaum janda berlaku pada saat berlangsung acara pokok Ngarot. Yakni ketika acara saling tatap mata dengan para jejaka. Wajah janda atau gadis tapi sudah tak perawan, meskipun sebelumnya berwajah cantik, tiba-tiba menjadi buruk rupa. Otomatis ia tidak akan mendapatkan pasangan. Bahkan yang lebih menakutkan, jika janda dan gadis tak perawan tadi nekat mengikuti upacara Ngarot, ia tak akan mendapat jodoh seumur hidup. Bagi kaum duda dan pemuda tak perjaka pun berlaku hal serupa. 

Menurut warga di sana, sejak tahun 1990-an hingga sekarang, hampir 80 persen peserta Ngarot berhasil mendapatkan pasangan hidup menjalin rumah tangga dengan rukun. Namun belakangan, peserta Ngarot mulai menyusut. Anak remaja di Desa Lelea, kini sudah mulai enggan mengikuti pawai Ngarot. Entah apa penyebabnya. Akan tetapi, jika ingin mendapatkan jodoh yang masih “asli”, orang-orang tua di Indramayu menyarankan agar memilih peserta Ngarot.
»»  Lihat Selengkapnya...

Kamis, 31 Mei 2012

DPP Golkar Terjunkan Tim untuk Menangkan Pilkada Jabar

RMOL. Untuk memenangkan pemilihan presiden dan legislatif pada tahun 2014 serta berbagai pilkada, DPP Golkar sudah menyiapkan tim sukses pemenangan untuk turun langsung ke lapangan. 

Para fungsionaris partai, yang ditunjuk langsung DPP ini bertugas menyaring pemilih serta potensi yang ada didaerah masing-masing.

"Fungsionaris ini ada sekitar 182 orang yang ditempatkan di daerah, tugas suksesi di daerah untuk memberikan sosialisasi dan potensi pemilih. Dimana ini  merupakan penugasan dari DPP yang langsung ditandatangani Ketum," ungkap Ketua DPD Golkar Irianto MS Syafiudin (Yance) kepada Rakyat Merdeka Online beberapa saat lalu (Kamis, 31/5).

Yance, panggilan akrab Irianto, pun mengatakan bahwa tim ini juga akan mendukung penuh pencalonan dirinya dalam Pilkada Jabar 2103 mendatang.

Sementara itu, menurut salah seorang fungsionaris yang ikut ditunjuk DPP Golkar, Ali Hasan mengatakan jika suksesi sudah dilakukan sejak Yance menjabat Ketua DPD Golkar Jabar dan siap maju dalam Pilgub.

"Dengan ditunjuknya para fungsionaris, akan mensolidkan partai ini untuk meraih kemenangan," papar Ali Hasan.


Sumber: RMOL
»»  Lihat Selengkapnya...

Pidato Habibie yang Memukau di Hari Lahir Pancasila, Refleksi Peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2011

JAKARTA, (Tubas) – Mantan Presiden BJ Habibie memberikan pidato yang memukau mengenai penyebab nilai-nilai Pancasila yang seolah-olah diabaikan pasca era reformasi. Tak heran bila pidato yang disampaikannya secara berapi-api itu memukau para hadirin pada acara puncak peringatan Hari Lahir Pancasila. Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Kelima Megawati dan Presiden SBY. Mereka berpidato bergiliran.
Berikut ini teks pidato lengkap Habibie yang disampaikan dalam acara yang digelar di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2011).

Assalamu’alaikum wr wb, salam sejahtera untuk kita semua.
Hari ini tanggal 1 Juni 2011, enam puluh enam tahun lalu, tepatnya 1 Juni 1945, di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Bung Karno menyampaikan pandangannya tentang fondasi dasar Indonesia Merdeka yang beliau sebut dengan istilah Pancasila sebagai philosofische grondslag (dasar filosofis) atau sebagai weltanschauung (pandangan hidup) bagi Indonesia Merdeka.
Selama enam puluh enam tahun perjalanan bangsa, Pancasila telah mengalami berbagai batu ujian dan dinamika sejarah sistem politik, sejak jaman demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, era Orde Baru hingga demokrasi multipartai di era reformasi saat ini. Di setiap jaman, Pancasila harus melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu titik terminal sejarah.
Sejak 1998, kita memasuki era reformasi. Di satu sisi, kita menyambut gembira munculnya fajar reformasi yang diikuti gelombang demokratisasi di berbagai bidang. Namun bersamaan dengan kemajuan kehidupan demokrasi tersebut, ada sebuah pertanyaan mendasar yang perlu kita renungkan bersama: Di manakah Pancasila kini berada?
Pertanyaan ini penting dikemukakan karena sejak reformasi 1998, Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tak lagi relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari memori kolektif bangsa. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi dan kebebasan berpolitik.
Mengapa hal itu terjadi? Mengapa seolah kita melupakan Pancasila?
Para hadirin yang berbahagia,
Ada sejumlah penjelasan, mengapa Pancasila seolah “lenyap” dari kehidupan kita. Pertama, situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah berubah baik di tingkat domestik, regional maupun global. Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa pada tahun 1945 — 66 tahun yang lalu — telah mengalami perubahan yang amat nyata pada saat ini, dan akan terus berubah pada masa yang akan datang. Beberapa perubahan yang kita alami antara lain:
(1) terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya;
(2) perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM) yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi manusia (KAM);
(3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi oleh masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap “manipulasi” informasi dengan segala dampaknya.
Ketiga perubahan tersebut telah mendorong terjadinya pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia, sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan terjadinya perubahan tersebut diperlukan reaktualisasi nilai-nilai pancasila agar dapat dijadikan acuan bagi bangsa Indonesia dalam menjawab berbagai persoalan yang dihadapi saat ini dan yang akan datang, baik persoalan yang datang dari dalam maupun dari luar. Kebelum-berhasilan kita melakukan reaktualisasi nilai-nilai Pancasila tersebut menyebabkan keterasingan Pancasila dari kehidupan nyata bangsa Indonesia.
Kedua, terjadinya euphoria reformasi sebagai akibat dari traumatisnya masyarakat terhadap penyalahgunaan kekuasaan di masa lalu yang mengatasnamakan Pancasila. Semangat generasi reformasi untuk menanggalkan segala hal yang dipahaminya sebagai bagian dari masa lalu dan menggantinya dengan sesuatu yang baru, berimplikasi pada munculnya ‘amnesia nasional’ tentang pentingnya kehadiran Pancasila sebagai grundnorm (norma dasar) yang mampu menjadi payung kebangsaan yang menaungi seluruh warga yang beragam suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasa, agama dan afiliasi politik. Memang, secara formal Pancasila diakui sebagai dasar negara, tetapi tidak dijadikan pilar dalam membangun bangsa yang penuh problematika saat ini.
Sebagai ilustrasi misalnya, penolakan terhadap segala hal yang berhubungan dengan Orde Baru, menjadi penyebab mengapa Pancasila kini absen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Harus diakui, di masa lalu memang terjadi mistifikasi dan ideologisasi Pancasila secara sistematis, terstruktur dan massif yang tidak jarang kemudian menjadi senjata ideologis untuk mengelompokkan mereka yang tak sepaham dengan pemerintah sebagai “tidak Pancasilais” atau “anti Pancasila” . Pancasila diposisikan sebagai alat penguasa melalui monopoli pemaknaan dan penafsiran Pancasila yang digunakan untuk kepentingan melanggengkan kekuasaan. Akibatnya, ketika terjadi pergantian rezim di era reformasi, muncullah demistifikasi dan dekonstruksi Pancasila yang dianggapnya sebagai simbol, sebagai ikon dan instrumen politik rezim sebelumnya. Pancasila ikut dipersalahkan karena dianggap menjadi ornamen sistem politik yang represif dan bersifat monolitik sehingga membekas sebagai trauma sejarah yang harus dilupakan.
Pengaitan Pancasila dengan sebuah rezim pemerintahan tententu, menurut saya, merupakan kesalahan mendasar. Pancasila bukan milik sebuah era atau ornamen kekuasaan pemerintahan pada masa tertentu. Pancasila juga bukan representasi sekelompok orang, golongan atau orde tertentu. Pancasila adalah dasar negara yang akan menjadi pilar penyangga bangunan arsitektural yang bernama Indonesia. Sepanjang Indonesia masih ada, Pancasila akan menyertai perjalanannya. Rezim pemerintahan akan berganti setiap waktu dan akan pergi menjadi masa lalu, akan tetapi dasar negara akan tetap ada dan tak akan menyertai kepergian sebuah era pemerintahan!
Para hadirin yang berbahagia,
Pada refleksi Pancasila 1 Juni 2011 saat ini, saya ingin menggarisbawahi apa yang sudah dikemukakan banyak kalangan yakni perlunya kita melakukan reaktualisasi, restorasi atau revitalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam rangka menghadapi berbagai permasalahan bangsa masa kini dan masa datang. Problema kebangsaan yang kita hadapi semakin kompleks, baik dalam skala nasional, regional maupun global, memerlukan solusi yang tepat, terencana dan terarah dengan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai pemandu arah menuju hari esok Indonesia yang lebih baik.
Oleh karena Pancasila tak terkait dengan sebuah era pemerintahan, termasuk Orde Lama, Orde Baru dan orde manapun, maka Pancasila seharusnya terus menerus diaktualisasikan dan menjadi jati diri bangsa yang akan mengilhami setiap perilaku kebangsaan dan kenegaraan, dari waktu ke waktu. Tanpa aktualisasi nilai-nilai dasar negara, kita akan kehilangan arah perjalanan bangsa dalam memasuki era globalisasi di berbagai bidang yang kian kompleks dan rumit.
Reformasi dan demokratisasi di segala bidang akan menemukan arah yang tepat manakala kita menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila dalam praksis kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh toleransi di tengah keberagaman bangsa yang majemuk ini. Reaktualisasi Pancasila semakin menemukan relevansinya di tengah menguatnya paham radikalisme, fanatisme kelompok dan kekerasan yang mengatasnamakan agama yang kembali marak beberapa waktu terakhir ini. Saat infrastruktur demokrasi terus dikonsolidasikan, sikap intoleransi dan kecenderungan mempergunakan kekerasan dalam menyelesaikan perbedaan, apalagi mengatasnamakan agama, menjadi kontraproduktif bagi perjalanan bangsa yang multikultural ini. Fenomena fanatisme kelompok, penolakan terhadap kemajemukan dan tindakan teror kekerasan tersebut menunjukkan bahwa obsesi membangun budaya demokrasi yang beradab, etis dan eksotis serta menjunjung tinggi keberagaman dan menghargai perbedaan masih jauh dari kenyataan.
Krisis ini terjadi karena luruhnya kesadaran akan keragaman dan hilangnya ruang publik sebagai ajang negosiasi dan ruang pertukaran komunikasi bersama atas dasar solidaritas warganegara. Demokrasi kemudian hanya menjadi jalur antara bagi hadirnya pengukuhan egoisme kelompok dan partisipasi politik atas nama pengedepanan politik komunal dan pengabaian terhadap hak-hak sipil warganegara serta pelecehan terhadap supremasi hukum.
Dalam perspektif itulah, reaktualisasi Pancasila diperlukan untuk memperkuat paham kebangsaan kita yang majemuk dan memberikan jawaban atas sebuah pertanyaan akan dibawa ke mana biduk peradaban bangsa ini berlayar di tengah lautan zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita perlu menyegarkan kembali pemahaman kita terhadap Pancasila dan dalam waktu yang bersamaan, kita melepaskan Pancasila dari stigma lama yang penuh mistis bahwa Pancasila itu sakti, keramat dan sakral, yang justru membuatnya teraleinasi dari keseharian hidup warga dalam berbangsa dan bernegara. Sebagai sebuah tata nilai luhur (noble values), Pancasila perlu diaktualisasikan dalam tataran praksis yang lebih ‘membumi’ sehingga mudah diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan.
Para hadirin yang berbahagia,
Sebagai ilustrasi misalnya, kalau sila kelima Pancasila mengamanatkan terpenuhinya “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”, bagaimana implementasinya pada kehidupan ekonomi yang sudah menggobal sekarang ini?
Kita tahu bahwa fenomena globalisasi mempunyai berbagai bentuk, tergantung pada pandangan dan sikap suatu Negara dalam merespon fenomena tersebut. Salah satu manifestasi globalisasi dalam bidang ekonomi, misalnya, adalah pengalihan kekayaan alam suatu Negara ke Negara lain, yang setelah diolah dengan nilai tambah yang tinggi, kemudian menjual produk-produk ke Negara asal, sedemikian rupa sehingga rakyat harus “membeli jam kerja” bangsa lain. Ini adalah penjajahan dalam bentuk baru, neo-colonialism, atau dalam pengertian sejarah kita, suatu “VOC (Verenigte Oostindische Companie) dengan baju baru”.
Implementasi sila ke-5 untuk menghadapi globalisasi dalam makna neo-colnialism atau “VOC-baju baru” itu adalah bagaimana kita memperhatikan dan memperjuangkan “jam kerja” bagi rakyat Indonesia sendiri, dengan cara meningkatkan kesempatan kerja melalui berbagai kebijakan dan strategi yang berorientasi pada kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Sejalan dengan usaha meningkatkan “Neraca Jam Kerja” tersebut, kita juga harus mampu meningkatkan “nilai tambah” berbagai produk kita agar menjadi lebih tinggi dari “biaya tambah”; dengan ungkapan lain, “value added” harus lebih besar dari “added cost”. Hal itu dapat dicapai dengan peningkatan produktivitas dan kualitas sumberdaya manusia dengan mengembangkan, menerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam forum yang terhormat ini, saya mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya para tokoh dan cendekiawan di kampus-kampus serta di lembaga-lembaga kajian lain untuk secara serius merumuskan implementasi nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam lima silanya dalam berbagai aspek kehidupan bangsa dalam konteks masa kini dan masa depan. Yang juga tidak kalah penting adalah peran para penyelenggara Negara dan pemerintahan untuk secara cerdas dan konsekuen serta konsisten menjabarkan implementasi nilai-nilai Pancasila tersebut dalam berbagai kebijakan yang dirumuskan dan program yang dilaksanakan. Hanya dengan cara demikian sajalah, Pancasila sebagai dasar Negara dan sebagai pandangan hidup akan dapat ‘diaktualisasikan’ lagi dalam kehidupan kita.
Memang, reaktualisasi Pancasila juga mencakup upaya yang serius dari seluruh komponen bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai sebuah visi yang menuntun perjalanan bangsa di masa datang sehingga memposisikan Pancasila menjadi solusi atas berbagai macam persoalan bangsa. Melalui reaktualisasi Pancasila, dasar negara itu akan ditempatkan dalam kesadaran baru, semangat baru dan paradigma baru dalam dinamika perubahan sosial politik masyarakat Indonesia.
Para hadirin yang saya hormati,
Oleh karena itu saya menyambut gembira upaya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akhir-akhir ini gencar menyosialisasikan kembali empat pilar kebangsaan yang fundamental: Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI. Keempat pilar itu sebenarnya telah lama dipancangkan ke dalam bumi pertiwi oleh para founding fathers kita di masa lalu. Akan tetapi, karena jaman terus berubah yang kadang berdampak pada terjadinya diskotinuitas memori sejarah, maka menyegarkan kembali empat pilar tersebut, sangat relevan dengan problematika bangsa saat ini. Sejalan dengan itu, upaya penyegaran kembali juga perlu dilengkapi dengan upaya mengaktualisasikan kembali nilai-nilai yang terkandung dalam keempat pilar kebangsaan tersebut.
Marilah kita jadikan momentum untuk memperkuat empat pilar kebangsaan itu melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai weltanschauung, yang dapat menjadi fondasi, perekat sekaligus payung kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan membumikan nilai-nilai Pancasila dalam keseharian kita, seperti nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai permusyawaratan dan keadilan sosial, saya yakin bangsa ini akan dapat meraih kejayaan di masa depan. Nilai-nilai itu harus diinternalisasikan dalam sanubari bangsa sehingga Pancasila hidup dan berkembang di seluruh pelosok nusantara.
Aktualisasi nilai-nilai Pancasila harus menjadi gerakan nasional yang terencana dengan baik sehingga tidak menjadi slogan politik yang tidak ada implementasinya. Saya yakin, meskipun kita berbeda suku, agama, adat istiadat dan afiliasi politik, kalau kita mau bekerja keras kita akan menjadi bangsa besar yang kuat dan maju di masa yang akan datang.
Melalui gerakan nasional reaktualisasi nilai-nilai Pancasila, bukan saja akan menghidupkan kembali memori publik tentang dasar negaranya tetapi juga akan menjadi inspirasi bagi para penyelenggara negara di tingkat pusat sampai di daerah dalam menjalankan roda pemerintahan yang telah diamanahkan rakyat melalui proses pemilihan langsung yang demokratis. Saya percaya, demokratisasi yang saat ini sedang bergulir dan proses reformasi di berbagai bidang yang sedang berlangsung akan lebih terarah manakala nilai-nilai Pancasila diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demikian yang bisa saya sampaikan. Terimakasih atas perhatiannya.
Wassalamu ‘alaikum wr wb.

»»  Lihat Selengkapnya...

Silaturahmi Ical dengan Pengurus Golkar-Kader Harus Dengarkan Rakyat

CIAMIS – Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (Ical) meminta kader partainya untuk menjadi konsultan dan jembatan aspirasi bagi rakyat di desa-desa. Permintaan itu selalu ditekankannya saat melakukan safari ke Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar, Jawa Barat. 

“Tahun 2012 sebagai tahun karya kekaryaan, esensinya memperhatikan masyarakat dan orang-orang sakit, orangorang miskin. Di Tasik, di Ciamis, di situ banyak pertanyaan, di situlah fungsi partai jadi jembatan mendengarkan aspirasi masyarakat. Kalau kita menangani itu, percayalah banyak yang mencintai Partai Golkar,” kata Aburizal di sela acara safari politiknya di Ciamis,kemarin.

Hadir mendampingi Ketua Umum Aburizal Bakrie, yakni Ketua DPP Korwil Jawa 1 Ade Komarudin,Ketua Bidang Organisasi dan Daerah Mahyudin, Rizal Mallarangeng,Ketua Komisi II DPR dari dapil Tasikmalaya dan Ciamis Agun Gunandjar Sudarsa,dan Ketua DPD Golkar Jabar Irianto Syafiudin.

Ical saat memberikan sambutan di hadapan pengurus dan kader dari Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar, juga mengatakan bahwa Partai Golkar sebagai anggota koalisi berkewajiban mendukung kebijakan pemerintah.Karena itu,Golkar juga harus bisa menyukseskan program pemerintah yang di dalamnya ada kader Golkar yang menjabat di kabinet. “Tidak perlu takut sama baju putih,ada juga yang baju biru.

Kenapa kuning nggak bisa? Jadi jangan malu-malu, kita berpihak untuk kepentingan rakyat.Partai adalah salah satu alat untuk memajukan kepentingan rakyat,”ujarnya. Ical menekankan daerah Jabar khususnya Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar harus menjadi basis suara partai. Khusus untuk Ciamis yang bupatinya orang Golkar, juga harus bisa bekerja lebih keras dan harus bisa memenangkan Pemilu 2014 nanti.

Ical menambahkan, program partai itu jangan hanya bicara DPR,bupati,wali kota,DPRD, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat. Program partai harus dimaknai menjadi jembatan antara perbankan dengan nelayan dan petani. “Itu tugas partai, partai membantu. Dengan membantu, dia dikenal. Itu kita arahkan ke sana,”tandasnya.

Sementara itu, politikus Partai Golkar Agun Gunanjar Sudarsa mengatakan bahwa agenda Aburizal di dapilnya antara lain silaturahmi dengan jajaran pengurus partai sedapil Jabar X dan XI di Kantor DPD Golkar Ciamis,kemudian kuliah umum Aburizal di Universitas Galuh,silaturahmi dengan alim ulama di PCNU Ciamis, meninjau situs cagar budaya, dan silaturahmi dengan perajin bata merah dan batik.

”Ini bagian dari langkah Pak Aburizal selaku tokoh nasional yang sekaligus Ketua Umum Golkar, yang dalam waktu dekat ini akan dikukuhkan sebagai capres satu-satunya Partai Golkar,”katanya. Agun mengungkapkan, roadshow Ical di Jabar, khususnya di dapil Jabar X dan XI, mendapatkan respons antusias dari masyarakat.Kegiatan semacam itu akan terus dilakukan juga di daerah lain. “Di Jabar ini, kita lihat sendiri bagaimana respons publik sangat antusias,”ungkapnya.
»»  Lihat Selengkapnya...

Rabu, 30 Mei 2012

Kalimanggis Kulon Siap Menangkan Yance

Warga Desa Kalimanggis Kulon, Kecamatan Kalimanggis, Kabupaten Kuningan siap menyukseskan dan memenangkan pencalonan DR. H. Irianto MS Safiuddin yang dikenal dengan nama Yance sebagai Gubernur Jawa Barat dalam Pemilu Gubernur 2013 mendatang.
Hal itu diungkapkan Kades Kalimanggis Kulon, Alek Rusnahadi 13/5). Dijelaskan, jumlah KK di desanya ada 580 orang dan hak pilih sebanyak 4.780. “Kami siap memenangkan pencalonan Pak Yance sebagai Gubernur Jawa Barat pada Pemilu Gubernur tahun 2013, karena dinilai layak untuk membangun masyarakat Jawa Barat yang religius,” katanya.
Menurutnya, leadership Yance ketika menjadi Bupati Indramayu selama dua periode tidak diragukan lagi. Perubahan di berbagai sektor telah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Selain itu pula, figur Yance dinilai berani dalam memperjuangkan kepentingan rakyat, kendati harus berseberangan dengan kebijakan pejabat pemerintah pusat.
“Saya pernah mendengar Pak Yance menolak salah seorang menteri ketika berkunjung ke Indramayu karena kedatangannya hanya seremonial belaka dan tidak ada relevansinya dengan peningkatan ekonomi masyarakat Indramayu. Bupati seperti itu merupakan pemimpin yang amanah, dekat dengan rakyat dan selalu mementingkan rakyat,” katanya.
Terpisah, Ketua Pimpinan Kecamatan (PK) Partai Golkar Kecamatan Kalimanggis, Juju Juwaningsih, ketika diminta pendapatnya mengatakan, statemen Kades Kalimanggis Kulon merupakan pernyataan murni dan tulus dalam menyikapi Pemilu Gubernur tahun 2013. “Awalnya saya cukup kaget karena Pak Alek seorang kades. Tapi setelah mendapat penjelasan komprehensif, akhirnya saya mengerti dan memahami apa yang diucapkannya sangat rasional,” katanya. ()
Sumber : ciremaipost.com
»»  Lihat Selengkapnya...

Ical: Jangan Takut dengan Baju Biru dan Putih

Rabu, 30 Mei 2012 , 05:27:00


CIAMIS -  Ambisi Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie untuk memenangkan partainya pada Pemilu 2014 dan memuluskan jalannya menuju Istana Kepresidenan makin terlihat. Bahkan, dalam gerilya politiknya di Ciamis, politisi yang akrab disapa Ical ini menegaskan agar kadernya siap bekerja ‘menguningkan’ Jawa Barat.

“Tidak perlu takut sama baju putih, begitu juga yang baju biru. Kenapa kuning tidak bisa? Jadi jangan malu-malu, kita berpihak untuk kepentingan rakyat. Karena Partai Golkar lahir sebagai alat untuk memajukan kepentingan rakyat,”ujarnya kepada ratusan jajaran pengurus daerah Golkar Dapil Jabar X dan XI, Selasa (29/5).

Hadir mendampingi Ketua Umum Aburizal Bakrie antara lain Ketua DPP Korwil Jawa I Ade Komarudin, Ketua Bidang Organisasi dan Daerah Rizal Malarangeng, Ketua Komisi II DPR dari dapil Tasikmalaya dan Ciamis Agun Gunandjar Sudarsa, dan Ketua DPD Golkar Jabar yang telah mendapat restu untu maju sebagai Gubernur Jabar, Irianto Syafiudin. Tidak hanya itu, Ical juga meminta, pada para kader partainya untuk menjadi konsultan dan jembatan aspirasi bagi rakyat di desa-desa.

Berikan informasi-informasi program pemerintah. Karena Golkar merupakan anggota koalisi yang berkewajiban mendukung kebijakan pemerintah. Karenanya, Golkar juga harus bisa mensukseskan program pemerintah yang di dalamnya ada kader Golkar yang menjabat di kabinet.

“Intinya kader Golkar harus jadi konsultan di tingkat desa. Kasi tahu caranya bagaimana mendapatkan PNPM, mumpung menterinya Agung Laksono. Kalau kita tidak berbuat bagi rakyat maka tentu kita tidak dicintai. Kita harus gerakkan karya kekaryaan tahun 2012 ini. Keterlaluan kalau di Jawa masih belum selesai di tingkat desa. Jadi konsolidasi kaderisasi inilah yang harus kita perhatikan. Barulah tahun 2014 tahun kemenangan,” urainya.

Bahkan, Ical juga menekankan daerah Jabar, khususnya Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar harus menjadi basis suara partai. Khusus unuk Ciamis yang bupatinya orang Golkar juga harus bisa bekerja lebih keras dan harus bisa memenangkan Pemilu 2014 nanti.

“Tahun 2012 sebagai tahun karya kekaryaan, esensinya memperhatikan masyarakat dan orang-orang sakit, orang-orang miskin. Di Tasik, di Ciamis, di situ banyak pertanyaan di situlah fungsi partai jadi jembatan mendengarkan aspirasi masyarakat. Kalau kita menangani itu percayalah banyak yang mencintai Partai Golkar,” paparnya.

Sementara itu, politikus Partai Golkar Agun Gunanjar Sudarsa mengatakan, agenda Aburizal di dapilnya antara lain menjadi bagian dari program safari politik yang sudah dirancanh jauh-jauh hari. “Ini bagian dari langkah Pak Aburizal selaku tokoh nasional yang sekaligus Ketua Umum Golkar yang dalam waktu dekat ini akan dikukuhkan sebagai capres satu-satunya Partai Golkar,” katanya.

Agun mengungkapkan, roadsow Ical di Jabar, khususnya di dapil Jabar X dan XI mendapatkan respons antusias dari masyarakat. Kegiatan semacam itu akan terus dilakukan juga di daerah lain. “Di Jabar ini kita lihat sendiri bagaimana respons publik sangat antusias. Dengan program kekaryaan yang terus dilakukan Golkar dan Pak Aburizal, hasilnya sangat jelas yakni kepercayaan masyarakat meningkat. Itu tidak lepas dari karya DPP dan beliau sebagai sosok capres. Kami merasa berbangga,” ungkapnya.

Agun juga meyakini Ical sudah siap bertarung dalam Pilpres 2014 nanti. Dengan dukungan solid dari kader dan pengurus partai serta persiapan yang lebih matang, maka waktu untuk menawarkan konsep dan gagasan membangun Indonesia ke depan menjadi semakin optimal. “Jaminan menang memang tidak, tetapi kita ingin belajar, karena sudah pernah menang di 2004 tetapi kehilangan kesempatan di pilpres. Tahun 2014 ini kita bergerak lebih cepat dengan kekompakan dan soliditas elemen Golkar,” jelasnya. (dms)


Sumber: jpnn.com
»»  Lihat Selengkapnya...

Selasa, 29 Mei 2012

Ical: Sisa Hidup Saya Tak untuk Senang-senang

VIVAnews - Kiai Nahdlatul Ulama (NU) Ciamis mendoakan Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie sukses menjadi presiden Indonesia. Doa itu disampaikan saat acara silaturahmi Ical dengan para alim ulama NU se-Ciamis.

"Kami mendoakan Bapak semoga sukses jadi presiden," kata Ketua Pengurus Cabang NU Ciamis KH Agus Abdul Kholiq Siradj dalam sambutannya di Kantor PCNU Ciamis, Jawa Barat, Selasa 29 Mei 2012.

Selain mendoakan, kiai NU juga berpesan agar kalo sudah jadi presiden, Ical memegang teguh beberapa pesan kiai. Pesan tersebut antara lain menjadikan negara aman, menanggalkan atribut partai serta atribut pengusaha. "Dan agar memperhatikan warga NU," katanya.

Ical dalam sambutannya memuji NU sebagai organisasi Islam yang menunjukkan Islam yang rahmatan lil alamin. NU juga selama ini terbukti menjaga kebhinnekaan.

Mengenai menjadi presiden, Ical mengaku ini adalah panggilan jiwa untuk berbakti pada nusa dan bangsa. "Sisa hidup saya tidak saya pakai senang senang, jalan jalan, menghabiskan uang saya, tidak. Saya akan baktikan sisa hidup saya untuk Indonesia," katanya.

Ical siap bersama warga NU membangun bangsa Indonesia untuk lebih maju dan sejahtera. Mengenai pesan para kiai Ical siap menjalankan. "Bahkan untuk bisnis, sejak 2004 sudah saya tinggalkan. Saya sejak jadi menteri tidak mengurus bisnis lagi," katanya.


Sumber: VIVAnews
»»  Lihat Selengkapnya...

30 Juni, Golkar Tetapkan Yance Sebagai Cagub

INILAH.COM, Tasikmalaya - Irianto MS Syafiuddin alias Yance akan ditetapkan sebagai calon gubernur Jabar 2013 pada 30 Juni mendatang.

Hal ini ditegaskan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie di hadapan ratusan kader Golkar di Kantor DPD Golkar Tasikmalaya, Senin (28/5/2012) sore. Menurut pria yang akrab disapa Ical, pengurus pusat Golkar akan segera memberikan surat keputusan untuk menetapkan Yance sebagai calon gubernur Jabar. "Kita akan tetapkan tanggal 30 Juni mendatang," ungkap Ical.

Ical juga mengintruksikan kepada seluruh kader Partai Golkar untuk mendukung pencalonan Yance pada saat pertarungan Pilgub pada 2013 mendatang. "Ayo dukung Yance jadi gubernur Jabar," katanya.

Sementara itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Jabar Ali Hasan menegaskan kalau DPD Golkar Jabar dan DPD kabupaten/kota se Jabar pun sudah satu suara mendukung Yance menjadi calgub Jabar. "Yance menjadi calon tunggal untuk dicalonkan menjadi gubernur Jabar dari partai Golkar," tegasnya.


Sumber: INILAH.COM
»»  Lihat Selengkapnya...

Senin, 28 Mei 2012

Aburizal Bakrie Minta SOKSI Jadi Pilar Utama Golkar

RMOL. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) merupakan salah satu organisasi pendiri Partai Golkar. Karena itu SOKSI harus menjadi pilar utama kekuatan partai untuk merebut kembali kejayaan Golkar pada pemilihan umum 2014, baik pemilu legislatif  maupun pemilihan presiden.

"Saya memberikan apresiasi tinggi kepada SOKSI karena sejak pelantikan pada Juli 2010 sampai sekarang tiada henti melakukan pengabdian masyarakat yang selalu dihadiri ribuan rakyat di berbagai pelosok negeri dalam rangka merebut hati mereka untuk kemenangan Partai Golkar," kata Ketua Dewan Pembina SOKSI, Aburizal Bakrie, saat menyampaikan pidato politik dalam Puncak Perayaan HUT ke-52 SOKSI di Gedung Sabuga, Bandung, Jawa Barat (Sabtu, 26/5).

Puncak perayaan HUT ke-52 SOKSI yang berlangsung meriah dan dihadiri 7.000 kader SOKSi itu juga dihadiri Pendiri SOKSI Prof. DR Suhardiman, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung, Ketua DPP Golkar Fuad Hasan Mansyur, Ketua Bidang Keormasan Rambe Kamarulzaman, Ketua Fraksi Golkar Setya Novanto, Ketua DPD Golkar Jawa Barat Irianto Syafiudin, Ketua Depidar SOKSI Jabar Ali Hasan, dan lain-lain.

Aburizal Bakrie juga mengapresiasi SOKSI karena menjadi organisasi yang pertama kali mencalonkan dirinya sebagai calon presiden pada Rapimnas I SOKSI di Medan, Mei 2011. Bahkan dalam Rapimnas itu SOKSI juga membentuk Satuan Tugas Nasional (satgasnas) pemenangan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden pada Pilpres 2014. 

"Saya berharap SOKSI  menjadi organisasi yang melahirkan ide–ide besar.  SOKSI harus melahirkan gagasan baru yang orisinil dan memberikan solusi bagi permasalahan kebangsaan. SOKSI harus menjadi community of idea, sebuah komunitas yang  selalu memberikan inspirasi bagi masyarakat dan bangsa," ujar dia, sambil mengatakan bahwa SOKSI dapat menjadi suatu wadah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan tindakan dan gerakan riil bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dengan partisipasi masyarakat secara holistik, ungkap Aburizal, SOKSI akan dapat memaksimalkan kemampuannya untuk berkarya melaksanakan program-program nyata yang dapat menjawab persoalan yang timbul dalam masyarakat belakangan ini. Karena karya nyata yang restoratif itu merupakan penjabaran sasaran juang doktrin karyawanisme, yaitu mewujudkan tata kehidupan politik, ekonomi, dan sosial-budaya, yang adil, makmur, materil, dan spritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

"SOKSI sebagai organisasi kemasyarakatan juga harus memberikan contoh bagaimana membangun demokrasi yang bermartabat dan mengedepankan kesantunan politik dengan tetap menjaga Pancasila sebagai ideologi negara serta menjaga nilai–nilai luhur bangsa yang semakin dilupakan oleh bangsa kita saat Ini," tegas dia.

Selain itu, lanjut Aburizal Bakrie, SOKSI juga harus tetap menjaga keragaman bangsa sebagai kekuatan untuk menjaga persatuan dan kesatuan nasional di dalam wadah NKRI  karena keragaman sesungguhnya bukanlah masalah perbedaan yang harus diperdebatkan tetapi keragaman merupakan modal dasar bagi Indonesia untuk mampu berdiri tegak dan dihargai oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

"Indonesia harus menjadi bangsa yang tidak saja maju perekonomiannya, tetapi juga menjadi negara yang demokratis. Indonesia akan menjadi contoh bagi bangsa-bangsa lain bagaimana mengembangkan perekonomian, mensejahterakan rakyat dan membangun demokrasi dengan masyarakat yang religius sekaligus," demikian Aburizal. 


Sumber: RMOL
»»  Lihat Selengkapnya...

Ical: Tidak Ada Calon Lain Selain Yance

INILAH.COM, Tasikmalaya - Ketua DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie menegaskan jika partainya telah merestui pencalonan Irianto MS Syafiuddin alias Yance untuk bertarung dalam Pilgub Jabar.

Hal ini ditegaskan pria yang akrab disapa Ical itu, di Pondok Pasantren Suryala, Tasikmalaya, Senin (28/5/2012). Menurutnya, pengurus pusat Golkar akan segera memberikan surat keputusan untuk menetapkan Yance sebagai calon gubernur Jabar.

"Segera kami keluarkan surat keputusannya. Kita tunggu saja," kata Ical.

Ical juga menginstruksikan kepada seluruh kader Partai Golkar untuk mendukung pencalonan Yance pada saat pertarungan Pilgub pada 2013 mendatang. "Ayo dukung Yance jadi gubernur Jabar," teriaknya di hadapan ribuan kader Partai Golkar.

Ical juga memberikan apresiasi kepada kinerja kader Golkar Jabar yang sudah bekerja keras. Bahkan, menurut Ical, jika pemilu diadakan hari ini, bedasarkan sejumlah survei, Golkar akan meraih 25% suara.

"Bedasarkan survei Unpad, Golkar sudah meraup 25% suara. Kerja keras ini harus terus dilakukan," ujar Ical.

Sementara itu, Ketua Fraksi Golkar DPRD Jabar Ali Hasan menegaskan kalau DPD Golkar Jabar dan DPD kabupaten/kota se Jabar pun sudah satu suara mendukung Yance menjadi calgub Jabar. "Yance menjadi calon tunggal untuk dicalonkan menjadi gubernur Jabar dari partai Golkar," tegasnya.

Yance menuturkan membesarkan Partai Golkar bukan semata-mata untuk kepentingan pribadi. Namun tujuan utamanya yakni demi kesejahteraan rakyat Jabar. "Partai politik mempunyai tujuan utama kesejahteraan rakyat. Itu yang saya kejar, bukan untuk kepentingan pribadi," jelas Yance.


Sumber:INILAH.COM
»»  Lihat Selengkapnya...